Jumat, 30 Agustus 2013


Gereja tanda kasih Tuhan

Di dalam syahadat yang pendek dituliskan “Aku percaya akan Gereja Katolik yang kudus” dan di dalam syahadat panjang dituliskan “aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.“Dalam artikel ini, kita akan melihat arti dari Gereja sebagai tanda kasih Tuhan, tujuan dan sarana keselamatan yang didirikan Tuhan untuk keselamatan umat manusia, serta empat tanda Gereja, yaitu satu, kudus, katolik dan apostolik. 
Dengan pembahasan ini, diharapkan kita akan dapat lebih mengerti hakekat Gereja yang sebenarnya, yang merupakan pemberian Tuhan dan bukan sesuatu yang dapat sembarangan didirikan oleh manusia. Kalau Gereja merupakan pemberian Tuhan, maka sudah seharusnya kita harus menerima pemberian Tuhan ini dengan rasa syukur dan tidak boleh membuat saingan. Dan Gereja yang didirikan oleh Kristus dan mempunyai empat tanda ini adalah Gereja Katolik.

Penciuman Salib, apakah itu berhala?

Pada perayaan Jumat Agung, Gereja Katolik mengadakan upacara penghormatan/ penciuman Salib Kristus. Ada sejumlah orang yang mempertanyakannya, bahkan mencurigainya sebagai ‘berhala’. Untuk itu kita perlu memahami makna penciuman Salib, dan apakah pengertian berhala, agar kita dapat membedakannya.
Penciuman Salib pada perayaan Jumat Agung bukan berhala, karena yang dihormati bukan salib itu, tetapi maknanya, yaitu Kristus yang tersalib, yang rela mengurbankan diri-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Penghormatan kepada Kristus yang tersalib, adalah sesuai dengan ajaran Sabda Tuhan sebagaimana tertulis dalam Surat Rasul Paulus, “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1Kor 2:2). Itulah juga sebabnya, mengapa salib di Gereja Katolik menyertakan tubuh (corpus) Kristus, yang disebut sebagai Crucifix, yang arti literalnya adalah: Seseorang yang disalibkan. Penghormatan terhadap Crucifix ini disebut sebagai dulia relatif, yang arti dan dasar Kitab Suci-nya sudah pernah dijabarkan di sini, silakan klik. Silakan membandingkannya dengan pengertian berhala, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik.
Selama masa Prapaskah, Gereja mengajak seluruh umat untuk merenungkan peristiwa iman yang menjadi dasar seluruh iman Katolik, yaitu Allah Bapa yang mengutus Putera-Nya yang tunggal untuk datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Dan kasih-Nya kepada umat manusia mencapai puncaknya pada hari Jumat Agung, hari di mana Yesus mengurbankan diri-Nya dengan wafat-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita manusia. Dari pengorbanan di salib inilah, maka seluruh berkat dari Allah mengalir dan Roh Kudus juga tercurah kepada umat-Nya. Jadi kita melihat bahwa tanpa peristiwa wafat Yesus di salib atau Jumat Agung tidak akan ada kebangkitan Kristus atau Minggu Paskah. Untuk inilah salib menjadi tanda kemenangan dan kekuatan Allah (1 Kor 1:18). Penghormatan salib Kristus dalam liturgi Jumat Agung dimulai sekitar abad ke-4 di Yerusalem, yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, sampai sekarang. Kita tidak dapat merayakan dan menekankan Kebangkitan Kristus tanpa merenungkan sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, yang mendahului Kebangkitan-Nya.
Jadi penciuman salib adalah berakar dari tradisi yang mempunyai dasar teologi yang dalam. Kalau kita perhatikan semua yang dilakukan di dalam liturgi adalah merupakan ungkapan ekspresi iman yang keluar dari hati. Juga penciuman salib Kristus adalah suatu ekspresi yang keluar dari dalam hati, yaitu suatu ekspresi syukur dan kasih kepada Yesus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita. Tentang dalamnya Makna Tanda Salib, silakan membaca di sini, silakan klik.
Pertanyaannya, apakah di ibadat Jumat Agung, kita boleh maju dan menghormati Kristus tanpa mencium salib? Boleh saja, sejauh hati kita benar-benar mengasihi Kristus dan menghormati dan mensyukuri pengorbanan-Nya. Namun bagi kami pribadi, kami memilih untuk mencium salib. Tidak ada penghormatan bagi Kristus Tuhan yang terlalu berlebihan. Semua penghormatan yang kita lakukan adalah selalu kurang dibandingkan apa yang seharusnya diterima oleh YesusPada saat kita menghormati salib Kristus kita mensyukuri rahmat kasih-Nya yang tak terbatas, yang telah menyelamatkan kita. Kita mensyukuri kasih-Nya yang terbesar, sebab tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabat-Nya (Yoh 15:13). Dan penyerahan diri ini nyata terlihat dari Sang Crucifix, yaitu Kristus yang tersalib.

 Salib Agama Katolik Ada Corpus-nya

Ada sejumlah orang mempertanyakan mengapa salib di Gereja Katolik ada Corpus-nya (patung tubuh Yesus-nya) sedangkan salib pada gereja-gereja non Katolik tidak ada Corpus-nya. Kebanyakan pertanyaan ini berhubungan dengan anggapan bahwa:
1) kalau begitu Gereja Katolik percaya kepada Yesus yang wafat, bukan kepada Yesus yang bangkit;
2) karena ada Corpus-nya, maka Gereja Katolik menyembah berhala. Tentu saja kedua anggapan ini keliru. Pertama, pengakuan iman Gereja Katolik  telah dinyatakan secara jelas dan eksplisit dalam Syahadat para Rasul, yaitu: Aku percaya … akan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria, yang menderita sengsara…., disalibkan, wafat dan dimakamkan…., pada hari ketiga Ia bangkit …yang naik ke Surga… Maka tidak benar, jika Gereja Katolik hanya percaya kepada Kristus yang wafat. Kedua, walaupun Gereja Katolik menghormati  salib Kristus itu, namun yang dihormati bukan patung Yesus di salib tersebut, tetapi Pribadi Yesus yang digambarkan oleh patung salib itu. Ini disebut dulia-relatif. Tentang apakah itu dulia relatif dan dasar Kitab Sucinya, silakan membaca artikel ini, silakan klik. Oleh karena itu, penghormatan kepada Salib Kristus bukanlah berhala, sebab yang dihormati tetaplah Kristus Tuhan yang digambarkan oleh Crucifix (Corpus) itu, dan bukan patung-nya itu sendiri.
Memang penggambaran salib yang ‘polos’ (tanpa corpus) atau salib dengan corpus, seolah memberikan penekanan makna yang berbeda. Salib yang polos sepertinya lebih menekankan kepada Kristus yang bangkit, sedangkan salib dengan corpus menekankan kepada pengorbanan Kristus sampai kepada wafat-Nya. Sebagai sesama murid Kristus, tentu kita sama-sama mengimani Kristus yang wafat dan bangkit. Namun jika Gereja Katolik memilih penggambaran corpus Kristus di salib, itu karena penggambaran tersebut lebih jelas menyampaikan inti ajaran Kristiani sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus:
“Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa- apa di antara kamu, selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” (1Kor 2:2)
Rasul Paulus mengajarkan bahwa pewartaan iman Kristiani adalah iman akan Kristus yang disalibkan, sebab dengan salib suci-Nya inilah Yesus telah menebus dosa umat manusia.

Kamis, 29 Agustus 2013


Pengakuan Sebagai Orang Katolik

Mengaku sebagai orang Katolik adalah hal yang sulit. Kebanyakan umat Katolik sendiri bingung dengan ajaran Kristiani, misalnya tentang Tri Tunggal Mahakudus, Kitab Suci dan Tradisi Suci yg dituduh telah diubah atau diselewengkan. Terutama bagi orang Katolik yang telah dibaptis sejak lahir!
Nah, di bawah ini merupakan pengakuan iman katolik yang telah diyakini umat katolik sebagai bukti bahwa Allah adalah segalanya:
Aku percaya akan Allah,
Bapa yang Mahakuasa,
Pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus,
Putera-Nya yang tunggal, Tuhan kita.
Yang dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria;
Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan; Yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati;
Yang naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa,
dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja Katolik yang kudus,
Persekutuan para kudus,
Pengampunan dosa,
Kebangkitan badan,
Kehidupan kekal.
Amin.

Bagi umat agama lain, Pengakuan Iman Katolik ini pasti mengundang perdebatan sehingga mereka menganggap umat Kristiani sebagai “kafir” karena menyekutukan Allah. Tetapi memang inilah iman Katolik dan itu semua terkandung dalam Credo.